Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus vittatus) Pada Beberapa Konsentrasi Vitamin C - Dewan Pimpinan Daerah IPKANI Lampung | Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia Provinsi Lampung

Dewan Pimpinan Daerah IPKANI Lampung | Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia Provinsi Lampung

Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia (DPD IPKANI) Provinsi Lampung

Breaking

Jumat, 07 Desember 2018

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus vittatus) Pada Beberapa Konsentrasi Vitamin C


Cut Uliza1*, Irma Dewiyanti1, Iwan Hasri2, Zainal A. Muchlisin1


1Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111; 2Universitas Gajah Putih, Takengon, Provinsi Aceh. *Email korespodensi: cutulizarain@gmail.com


Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum vitamin C L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium dalam pakan untuk benih ikan peres (Osteochilus vittatus). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, dengan 7 taraf perlakuan dan masing-masing 3 kali ulangan. Faktor yang di uji adalah perbedaan dosis vitamin C jenis L-Ascorbyl-2-Phosphate-Magnesium (L-AP-Mg) dalam pakan ekperimen yang mengandung 30% protein.  Perlakuan yang diuji adalah perlakuan dosis vitamin C 0, 50, 100, 150, 200 250, 300 mg/kg pakan. Pakan diberikan 3 kali sehari (08.00, 12.00, dan 17.00 WIB) selama 60 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot berkisar antara 0,28 g – 0,57 g, laju pertumbuhan spesifik berkisar 1,12 % perhari – 2,19 % perhari, laju pertumbuhan harian berkisar 0,31 g/hari – 1,15 g/hari, dan tingkat kelangsungan hidup berkisar 76% - 97,33%. Nilai tertinggi untuk semua parameter yang di ukur dijumpai pada perlakuan 300 mg/kg pakan. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian dosis vitamin C yang berbeda dalam pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot, laju pertambahan spesifik, laju pertumbuhan harian, dan kelangsungan hidup  benih ikan peres (P<0,05).

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukkan pertambahan bobot, laju pertambahan spesifik, laju pertumbuhan harian tertinggi dijumpai pada perlakuan dosis vitamin C 300 mg/kg pakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian dosis vitamin C dalam pakan memberikan hasil lebih baik berbanding tanpa vitamin C. Dosis vitamin C terbaik adalah 300 mg/kg pakan.

Kata kunci: Laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, efesiensi pakan, seurukan.

Pendahuluan

Provinsi Aceh memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang beragam, salah satunya adalah sumberdaya hayati ikan air tawar. Hasil penelitian mencatat bahwa sekurang-kurangnya ada 114 spesies ikan air tawar dan payau hidup di perairan tawar di perairan Aceh (Muchlisin dan Azizah, 2009). Namun pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya ikan air tawar di perairan Aceh belum dilakukan secara optimal dengan mempertimbangkan kelestariannya sehingga menyebabkan beberapa spesies ikan air tawar menurun populasinya di alam, diantaranya adalah jenis ikan keureling (Tor tambra, T. soro, T.  tambroides), dan ikan peres (Osteochilus vittatus).

Ikan peres (O. vittatus) pada umumnya lebih dikenal dengan sebutan nilem atau seurukan. Ikan ini merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang hidup di sungai, waduk dan danau. Ikan peres mempunyai pontensi untuk dikembangkan sebagai komoditi budidaya, dan salah satu perairan yang memiliki potensi ikan peres adalah Danau Laut Tawar (Muchlisin dan Siti-Azizah, 2009). Ikan peres termasuk dalam family Cyprinidae seperti halnya ikan depik (Rasbora tawarensis), ikan kawan (Poropuntius tawarensis), ikan Relo (Rasbora sp.), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan kepras (Puntius brevis) (Muchlisin et al., 2010; Muchlisin et al., 2013). Saat ini pasokan ikan peres masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam menyebabkan populasinya semakin menurun drastis serta sulit ditemukan di alam khususnya di perairan Danau Laut Tawar, hal ini mengindikasikan terjadinya kelebihan tangkap. Pernyataaan ini juga didukung oleh hasil penelitian pada tahun 2007 lalu yang mendapati sekurang-kurangnya ada 11 jenis ikan di Danau Laut Tawar yang terus dieksploitasi (Muchlisin dan Azizah, 2009). Oleh karena itu penangkapannya di alam perlu dikendalikan dan dikurangi, serta diperlukan adanya program pemuliaan yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pengembangan usaha budidaya ikan peres dimasa mendatang.

Ikan peres ini sangat digemari karena rasa dagingnya yang gurih sehingga menyebabkan harga jualnya tergolong tinggi. Berdasarkan keunggulan dan potensinya, ikan peres ditetapkan sebagai salah satu komoditas Gerakan Mina Padi Rakyat atau GEMPAR tahun 2006 (Subagja et al., 2006). Potensi pengembangan budidaya ikan peres sangat besar sehingga dapat dijadikan peluang komoditas ekspor maupun sebagai bahan dasar produk olahan. Budidaya ikan peres sudah mulai dilakukan dibeberapa wilayah di Indonesia namun laju pertumbuhannya relatif lambat dan ditemukan banyak ikan peres dikolam budidaya terserang parasit. Hal ini diduga berkaitan dengan manajemen kualitas air yang kurang baik serta kesesuaian pakan dan daya tahan tubuh ikan yang rendah, oleh karena itu aplikasi vitamin C kedalam pakan diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut Vitamin C berperan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan luka (Endang et al., 2013). Menurut Sandnes et al. (1984), vitamin C merupakan diperoleh oleh ikan dari makanannya karena ikan tidak dapat mensintesa vitamin C, disebabkan ikan tidak mempunyai enzim L-gulonolakton oksidase yang diperlukan untuk biosintesis vitamin C. Sehingga vitamin C mutlak perlu ada dalam pakan untuk mencukupi kebutuhan vitamin C pada ikan, hal ini sesuai dengan pernyataan Masumoto et al. (1991) melaporkan bahwa vitamin C mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik, karena vitamin C diperlukan untuk memelihara enzim hidroksilase pada biosintesis kalogen, hyidroksiprolin dan hidroksilisin yang berfungsi untuk pembentukan kerangka tubuh terutama pada tulang rawan. Jika vitamin C cukup tersedia dalam tubuh, maka proses kalogenasi akan sempurna dan pertumbuhan ikan akan lebih baik dan cepat. Menurut Verlhac et al. (1998) dan Johnny et al. (2007), vitamin C dapat meningkatkan respon imun pada ikan, hal ini senada dengan Mahardika et al. (2004) yang menyatakan bahwa penambahan vitamin C pada pakan dapat meningkatkan respon imun pada ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides). Hal yang sama juga ditemukan pada ikan betok Anabas testudineus dimana dilaporkan bahwa daya tahan ikan betok  terhadap stres lingkungan meningkat seiring meningkatnya kadar vitamin C yang diberikan dalam pakan, serta dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan (Sunarto et al., 2008). Ilmiah et al. (2002) melaporkan bahwa untuk tindakan pencegahan terhadap penyakit pada ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus Fowler) perlu penambahan vitamin C dengan dosis 2.000 mg/kg pakan. 

Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sistem imun, vitamin C juga memegang peranan penting dalam proses reproduksi ikan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuningsih and Barus (2007) bahwa penambahan vitamin C pada ikan dapat mempercepat kematangan gonad ikan lele (Clarias sp.) dan dapat meningkatkan daya tetas telur (Sinjal, 2014). Pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) ukuran sejari yang diberi vitamin C bubuk jenis L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium (L-AP-4Mg) dalam pakan, lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi penambahan vitamin L-AP-Mg, penambahan L-AP-Mg 100 mg/kg pakan menghasilkan pertumbuhan ikan patin tertinggi (Jusadi et al., 2006). 

Beberapa penelitian yang terkait dengan O. vittatus yang telah dilaporkan antara lain; penambahan probiotik, prebiotik dan enzim dalam pakan (Mayana et al., 2016; Faziel et al., 2017), pemijahan dan ginogenesis (Muchlisin et al., 2014; Zulhardi et al., 2016; Adami et al., 2016), perbedaan ransum harian (Asma et al., 2016),  padat penebaran (Azhari et al., 2017). Namun sejauh ini peranan vitamin C pada ikan peres O. vittatus belum pernah dikaji baik dari aspek kesehatan, reproduksi atau pertumbuhan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis vitamin C yang optimum dalam pakan untuk menghasilkan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang terbaik. 
..............................................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar